Jumat, 11 Maret 2011

berita merapi


Center of Investigation and Technology Development Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta reminiscent of all the communities around Mount Merapi. According BPPTK Merapi danger has not completely ended after the eruption on October 26, 2010.

"Until this moment has not come out and the dome of magma has not formed. So, there is still a serious threat of Merapi," Chief BPPTK, Subandiyo, in Yogyakarta, Wednesday (27/10).

Based on the data, Merapi eruption has always been followed by the formation of lava domes along with the release of magma after launching wedhus trash from the center of the eruption. But the eruption in 2010 was not immediately followed by a culture that had been there in the most active volcano in Indonesia, even though heat clouds (wedhus trash) has been out since yesterday. Therefore, BPPTK still maintain alert status for the volcano.
 
He explained the nature of the Merapi eruption this year is very different. "We admit that science is not enough to understand this mountain," he said.

According to him, the nature of that spewed hot clouds glide by the eruption of 2010 is also very different from previous eruptions eruption, either 1994, 1997, 1998, until the eruption of 2006. Hot clouds glide on the eruption in 2010, according Subandiyo, are direct blast or spray continued from inside with horizontal movement.

In fact, he said, the blast of the force constant with a very long period. Not only that, this time only menyeburkan eruption of sand and dust and not followed by bursts or avalanches of volcanic material such as boulders.

"The material that came out just sand and ash, boulders almost nothing," he added. That indicates, that the trim is still intact material stay on top. That's why, he said, is danger Merapi has not yet expired.

The same is proposed Center for Volcanology and Geological Hazard Mitigation (PVMBG). According to the Head PVMBG, Dr Surono, there are at least 7.5 million Mount Merapi material that has not collapsed

yofrizal

six pack

six pack

Memiliki perut Six Pack adalah dambaan banyak lelaki karena akan terlihat lebih seksi dan bebas lemak tentunya. Lalu bagaimana tips atau cara agar memiliki perut six pack? Selain olah raga teratur tentunya ada gerakan-gerakan khusus yang akan mempercepat pembentukan otot perut anda. Berikut cara membuat perut six pack mulai dari tingkat pemula sampai advance.

Bench Crunch
Tingkat pemula: Berbaring, punggung bagian bawah menempel di lantai, kedua lengan disilangkan di atas dada, angkat kedua kaki di atas bangku, paha tegak lurus dengan lantai. Embuskan napas, lalu lengkungkan kepala dan punggung bagian atas ke depan dengan punggung ke bawah tetap menempel di lantai. Usahakan posisi kepala sejajar dengan punggung. Tahan beberapa saat, lalu kembali ke posisi awal.

Tingkat menengah: lakukan gerakan dasar di atas, kedua telapak tangan di belakang kepala, jari-jari tidak saling mengikat, siku menghadap ke depan.

Tingkat lanjutan: Lakukan gerakan dasar, kedua legnan di belakang kepala, kedua siku menyamping.

Tip (untuk tingatkan menengah dan lanjutan): Lengkungkan lalu tahan kepala Anda dengan kedua tangan untuk menghindari cedera leher.

Reverse Curl
Telentang, lutut ditekuk sehingga paha berada pada posisi tegak lurus dengan lantai. Lengan relaks di sisi tubuh, telapak tangan menghadap ke bawah. Perlahan, angkat tulang panggul beberapa sentimeter, sehingga kedua lutut terdorong ke arah dada. Kembali ke posisi semula, lalu ulangi.

Tip: Saat mengangkat panggul, konsentrasikan seluruh pikiran Anda pada kerja otot perut. Gerakkan lutut perlahan, sehingga tidak melayang lalu menabrak dada.

Tingkat lanjutan: Tambahkan beban ringan di bagian pergelangan kaki.


Trunk Curl With Twist
* Telentang, lutut ditekuk, bahu melebar. Telapak kaki menempel di atas lantai. Lengan ditekuk, kedua siku menyamping, teapak tangan di belakang kepala.
* Embuskan napas, angkat bahu dan punggung atas, putar ke samping. Pusatkan gerakan memutar ini pada bagian atas batang tubuh Anda, jangan mendorong bahu dan siku Anda ke depan. Kembali ke posisi semula.
* Angkat kembali tubuh bagian atas, lalu putar ke arah yang berbeda. Lakukan berselang-seling. Satu putaran pada kedua sisi terhitung satu reptisi.
* Tip: Tarik perut Anda ke dalam bersamaan dengan mengangkat tubuh bagian atas dan tahan kepala pada posisi netral sehingga dagu Anda tidak menekan ke dada.

Double Crunch With Twist
* Telentang, kedua kaki diangkat hingga telapak kaki berada di udara, kedua lutut sedikit tertekuk hingga melewati batas panggul.
* Telapak tangan di belakang kepala, kedua siku ke samping.
* Angkat kepala, bahu, dan punggung bagian atas ke arah depan atas. Pada waktu yang bersamaan, angkat pula panggul untuk mengantarkan kedua lutut ke arah dada.
* Tahan, lalu lanjutan dengan memutar salah satu bahu dan siku ke arah lutut yang berseberangan. Kembali ke posisi semula, lalu ulangi mengangkat dan memutar bahu dan siku ke lutut yang berseberangan. Satu putaran ke lutut kiri dan kanan setara dengan satu reptisi.

Down and Under Twist
* Telentang, lutut ke kiri ditekuk, telapak menempel di lantai. Tempatkan pergelangan kaki kanan Anda di atas lutut kaki kiri.
* Tangan kanan sedikit di bawah lutut kanan, siku tangan sedikit ditekuk. Tangan kiri di belakang kepala, siku menghadap ke depan.
* Hembuskan napas sambil mengangkat kepala, bahu dan batang tubuh lurus ke depan atas. Pada posisi puncak, dorong siku kiri ke bawah lengan kanan, mengarah ke pahan kanan.
* Kembali ke posis awal, lalu ulangi. Lakukan seluruh reptisi hanya dalam satu sisi. Ubah posisi kaki dan tangan lalu lakukan reptisi untuk sisi lainnya.

Leg Press
* Telentang, kedua lengan menempel di lantai serta lurus di sisi tubuh dengan telapak menghadap ke bawah.
* Ulurkan kedua kaki ke atas, tegak lurus dengan pinggul, dengan lutut ditekuk mengarah ke dada.
* Angkat panggul hingga beberapa sentimeter dari lantai lalu luruskan kaki.
* Kembali ke posisi semula dengan menekuk kembali kedua lutut Anda. Jangan biarkan kaki jatuh ke bawah melebihi sudut 45 derajat antara paha dan panggul. Lalu ulangi.
* Tingkat lanjutan dapat melakukan ini dengan menambahkan beban di pergelangan kaki dengan berat yang disesuaikan dengan kemampuan.

Catatan:
1. Yang termasuk tingkat pemula adalah jika Anda sama sekali belum pernah melakukan pembentukan otot atau tergabung dalam program kebugaran, pernah latihan, namun tidak lagi sekurangnya 6 bulan atau lebih; dlam masa penyembuhan dari masalah tulang belakang atau kehamilan.
Latihan yang dianjurkan: No.1 (posisi semula), nomor 2 dan 5.
Set dan reptisi: lakukan satu set yang terdiri dari 10 reptisi secara perlahan-lahan untuk setiap latihan. Istirahat 15 hingga 20 menit untuk setiap latihan. Lakukan 3 hari seminggu.

2. Tingkat menengah, jika Anda telah mulai melakukan pembentukan otot atau kelas latihan aerobik dua atau 3 hari dalam seminggu dalam waktu 6 bulan atau lebih.
Latihan yang harus dilakukan: No.1 (posisi tingkat menengah) 2,3,5,6.
Set dan reptisi: lakukan dua set yang masing-masing terdiri dari 10 reptisi dengan waktu istirahat selama 10 detik di sela-sela set. Lakukan 3 hari seminggu.

3. Tingkat lanjutan, jika Anda telah mengikuti program pembentukan otot 3 hingga 6 hari seminggu dalam waktu 6 bulan atau lebih.
Latihan yang dianjurkan: Semua latihan.
Set dan reptisi: 3 set yang masing-masing terdiri dari 10 reptisi. Lakukan 3-4 hari seminggu.

Tip latihan secara umum:
Ketika mengontraksikan perut, fokuskan pikiran hanya pada menghembuskan napas dan menarik perut ke dalam. 
  manfaatnaya jika anda menjadi six pack anda akan lebih sehat dan juga lebih percaya diri

Selasa, 08 Maret 2011

TSUNAMI

A tsunami  lit. 'harbor wave';[1] English pronunciation: /suːˈnɑːmi/ soo-NAH-mee) or tidal wave is a series of water waves (called a tsunami wave train[2]) caused by the displacement of a large volume of a body of water, usually an ocean, but can occur in large lakes. Tsunamis are a frequent occurrence in Japan; approximately 195 events have been recorded.[3] Due to the immense volumes of water and energy involved, tsunamis can devastate coastal regions.
Earthquakes, volcanic eruptions and other underwater explosions (including detonations of underwater nuclear devices), landslides and other mass movements, meteorite ocean impacts or similar impact events, and other disturbances above or below water all have the potential to generate a tsunami.
The Greek historian Thucydides was the first to relate tsunami to submarine earthquakes,[4][5] but understanding of tsunami's nature remained slim until the 20th century and is the subject of ongoing research. Many early geological, geographical, and oceanographic texts refer to tsunamis as "seismic sea waves."
Some meteorological conditions, such as deep depressions that cause tropical cyclones, can generate a storm surge, called a meteotsunami, which can raise tides several metres above normal levels. The displacement comes from low atmospheric pressure within the centre of the depression. As these storm surges reach shore, they may resemble (though are not) tsunamis, inundating vast areas of land. Such a storm surge inundated Burma in May 2008.

GALAKSI BIMA SAKTI

Bima Sakti (dalam bahasa Inggris Milky Way, yang berasal dari bahasa Latin Via Lactea, diambil lagi dari bahasa Yunani Γαλαξίας Galaxias yang berarti "susu") adalah galaksi spiral yang besar termasuk dalam tipe Hubble SBbc dengan total masa sekitar 1012 massa matahari, yang memiliki 200-400 miliar bintang dengan diameter 100.000 tahun cahaya dan ketebalan 1000 tahun cahaya.[1] Jarak antara matahari dan pusat galaksi diperkirakan 27.700 tahun cahaya. Di dalam galaksi bima sakti terdapat sistem Tata Surya, yang didalamnya terdapat planet Bumi tempat kita tinggal. Diduga di pusat galaksi bersemayam lubang hitam supermasif (black hole). Sagitarius A dianggap sebagai lokasi lubang hitam supermasif ini. Tata surya kita memerlukan waktu 225–250 juta tahun untuk menyelesaikan satu orbit, jadi telah 20–25 kali mengitari pusat galaksi dari sejak saat terbentuknya. Kecepatan orbit tata surya adalah 217 km/d.
Di dalam bahasa Indonesia, istilah "Bima Sakti" berasal dari tokoh berkulit hitam dalam pewayangan, yaitu Bima. Istilah ini muncul karena orang Jawa kuno melihatnya sebagai bayangan hitam yang dikelilingi semacam "aura" cemerlang. Sementara itu, masyarakat Barat menyebutnya "milky way" sebab mereka melihatnya sebagai pita kabut bercahaya putih yang membentang pada bola langit. Pita kabut atau "aura" cemerlang ini sebenarnya adalah kumpulan jutaan bintang dan juga sevolume besar debu dan gas yang terletak di piringan/bidang galaksi. Pita ini tampak paling terang di sekitar rasi Sagitarius, dan lokasi tersebut memang diyakini sebagai pusat galaksi.
Diperkirakan ada 4 spiral utama dan 2 yang lebih kecil yang bermula dari tengah galaksi.
Galaksi Bima Sakti ternyata dipenuhi oleh sedikitnya 50 miliar planet.
Kesimpulan itu diperoleh para ilmuwan yang bekerja pada teleskop antariksa pemburu planet, Kepler, milik Lembaga Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat, NASA.
Hingga kini, teleskop Kepler memang belum bisa menemukan seluruh planet tersebut. Baru ada sekitar 1.235 kandidat planet yang ditemukan. Namun, angka 50 miliar muncul dari hasil perkiraan terbaik para ilmuwan berdasarkan data awal yang mereka miliki.
Pesawat luar angkasa, Kepler, yang diluncurkan sejak Maret 2009 adalah 'observatorium' paling rumit yang pernah ada. Teleskop luar angkasa itu didedikasikan untuk mempelajari planet alien alias planet-planet yang berada di luar tata surya.
"Saya sangat senang karena kami menemukan begitu banyak kandidat planet," ujar William Borucki, Principal Investigator, Kepler, kepada situs Space.com.
"Ini artinya ada begitu banyak lautan planet di luar sana yang bisa dieksplorasi," tutur Borucki, pada ajang tahunan American Association for the Advancement of Science.
Dari 1.235 kandidat planet yang telah ditemukan Kepler, 54 planet dikategorikan memiliki potensi sebagai planet goldilock atau habitable (planet yang mungkin bisa didiami oleh manusia).
Sementara itu, untuk galaksi Bima Sakti secara keseluruhan, ilmuwan memperkirakan ada sekitar 500 juta planet habitable, dari sekitar 50 miliar planet yang ada. (art)

indonesia

Indonesia (Listeni /ˌɪndəˈnʒə/ or /ˌɪndˈnziə/), officially the Republic of Indonesia (Indonesian: Republik Indonesia), is a country in Southeast Asia and Oceania. Indonesia comprises 17,508 islands. With over 238 million people, it is the world's fourth most populous country, and has the world's largest population of Muslims. Indonesia is a republic, with an elected legislature and president. The nation's capital city is Jakarta. The country shares land borders with Papua New Guinea, East Timor, and Malaysia. Other neighboring countries include Singapore, Philippines, Australia, and the Indian territory of the Andaman and Nicobar Islands. Indonesia is a founding member of ASEAN and a member of the G-20 major economies. The Indonesian economy is the world's eighteenth largest economy by nominal GDP and fifteenth largest by purchasing power parity.
The Indonesian archipelago has been an important trade region since at least the 7th century, when Srivijaya and then later Majapahit traded with China and India. Local rulers gradually absorbed foreign cultural, religious and political models from the early centuries CE, and Hindu and Buddhist kingdoms flourished. Indonesian history has been influenced by foreign powers drawn to its natural resources. Muslim traders brought Islam, and European powers brought Christianity and fought one another to monopolize trade in the Spice Islands of Maluku during the Age of Discovery. Following three and a half centuries of Dutch colonialism, Indonesia secured its independence after World War II. Indonesia's history has since been turbulent, with challenges posed by natural disasters, corruption, separatism, a democratization process, and periods of rapid economic change. The current nation of Indonesia is a unitary presidential republic consisting of thirty three provinces.
Across its many islands, Indonesia consists of distinct ethnic, linguistic, and religious groups. The Javanese are the largest—and the politically dominant—ethnic group. Indonesia has developed a shared identity defined by a national language, ethnic diversity, religious pluralism within a majority Muslim population, and a history of colonialism including rebellion against it. Indonesia's national motto, "Bhinneka Tunggal Ika" ("Unity in Diversity" literally, "many, yet one"), articulates the diversity that shapes the country. Despite its large population and densely populated regions, Indonesia has vast areas of wilderness that support the world's second highest level of biodiversity. The country is richly endowed with natural resources, yet poverty remains widespread in contemporary Indonesia.[6]

INDONESIA also have the biggest reptile, that is komodo dragon
The Komodo dragon (Varanus komodoensis) is a large species of lizard found in the Indonesian islands of Komodo, Rinca, Flores, and Gili Motang.[3] A member of the monitor lizard family (Varanidae), it is the largest living species of lizard, growing to an average length of 2 to 3 metres (6.6 to 9.8 ft) and weighing around 70 kilograms (150 lb). Their unusual size has been attributed to island gigantism, since there are no other carnivorous animals to fill the niche on the islands where they live.[4][5] However, recent research suggests that the large size of komodo dragons may be better understood as representative of a relic population of very large varanid lizards that once lived across Indonesia and Australia, most of which, along with other megafauna,[6] died out after contact with modern humans. Fossils very similar to V. komodoensis have been found in Australia dating to greater than 3.8 million years ago, and its body size remained stable on Flores, one of the handful of Indonesian islands where it is currently found, ever since Flores (along with neighboring islands) were isolated by rising sea levels approximately 900,000 years ago.[6] As a result of their size, these lizards dominate the ecosystems in which they live.[7] Although Komodo dragons eat mostly carrion, they will also hunt and ambush prey including invertebrates, birds, and mammals.
Mating begins between May and August, and the eggs are laid in September. About twenty eggs are deposited in abandoned megapode nests and incubated for seven to eight months, hatching in April, when insects are most plentiful. Young Komodo dragons are vulnerable and therefore dwell in trees, safe from predators and cannibalistic adults. They take around three to five years to mature, and may live as long as fifty years. They are among the rare vertebrates capable of parthenogenesis, in which females may lay viable eggs if males are absent, producing only male offspring.[8]
Komodo dragons were first recorded by Western scientists in 1910.[9] Their large size and fearsome reputation make them popular zoo exhibits. In the wild their range has contracted due to human activities and they are listed as vulnerable by the IUCN. They are protected under Indonesian law, and a national park, Komodo National Park, was founded to aid protection efforts.

SO LET'S VISIT TO INDONESIA

planet

Planetary-sized objects to scale:
Top row: Uranus and Neptune; second row: Earth, white dwarf star Sirius B, Venus; bottom row (reproduced and enlarged in lower image) – above: Mars and Mercury; below: the Moon, dwarf planets Pluto and Haumea.
A planet (from Greek πλανήτης αστήρ "wandering star") is a celestial body orbiting a star or stellar remnant that is massive enough to be rounded by its own gravity, is not massive enough to cause thermonuclear fusion, and has cleared its neighbouring region of planetesimals.[a][1][2]
The term planet is ancient, with ties to history, science, mythology, and religion. The planets were originally seen by many early cultures as divine, or as emissaries of the gods. As scientific knowledge advanced, human perception of the planets changed, incorporating a number of disparate objects. In 2006, the International Astronomical Union officially adopted a resolution defining planets within the Solar System. This definition has been both praised and criticized, and remains disputed by some scientists.
The planets were thought by Ptolemy to orbit the Earth in deferent and epicycle motions. Though the idea that the planets orbited the Sun had been suggested many times, it was not until the 17th century that this view was supported by evidence from the first telescopic astronomical observations, performed by Galileo Galilei. By careful analysis of the observation data, Johannes Kepler found the planets' orbits to be not circular, but elliptical. As observational tools improved, astronomers saw that, like Earth, the planets rotated around tilted axes, and some shared such features as ice-caps and seasons. Since the dawn of the Space Age, close observation by probes has found that Earth and the other planets share characteristics such as volcanism, hurricanes, tectonics, and even hydrology.
Planets are generally divided into two main types: large, low-density gas giants, and smaller, rocky terrestrials. Under IAU definitions, there are eight planets in the Solar System. In order of increasing distance from the Sun, they are the four terrestrials, Mercury, Venus, Earth, and Mars, then the four gas giants, Jupiter, Saturn, Uranus, and Neptune. Six of the planets are orbited by one or more natural satellites. Additionally, the Solar System also contains at least five dwarf planets[3] and hundreds of thousands of small Solar System bodies.
Since 1992, hundreds of planets around other stars ("extrasolar planets" or "exoplanets") in the Milky Way Galaxy have been discovered. As of December 2010, over 500 known extrasolar planets are listed in the Extrasolar Planets Encyclopaedia, ranging from the size of terrestrial planets somewhat larger than Earth to gas giants larger than Jupiter.[4]

mesir kuno

Mesir Kuno adalah suatu peradaban kuno di bagian timur laut Afrika. Peradaban ini terpusat di sepanjang hilir sungai Nil. Peradaban ini dimulai dengan unifikasi Mesir Hulu dan Hilir sekitar 3150 SM,[1] dan selanjutnya berkembang selama kurang lebih tiga milenium. Sejarahnya mengalir melalui periode kerajaan-kerajaan yang stabil, masing-masing diantarai oleh periode ketidakstabilan yang dikenal sebagai Periode Menengah. Mesir Kuno mencapai puncak kejayaannya pada masa Kerajaan Baru. Selanjutnya, peradaban ini mulai mengalami kemunduran. Mesir ditaklukan oleh kekuatan-kekuatan asing pada periode akhir. Kekuasaan firaun secara resmi dianggap berakhir pada sekitar 31 SM, ketika Kekaisaran Romawi menaklukkan dan menjadikan wilayah Mesir Ptolemeus sebagai bagian dari provinsi Romawi.[2] Meskipun ini bukanlah pendudukan asing pertama terhadap Mesir, periode kekuasaan Romawi menimbulkan suatu perubahan politik dan agama secara bertahap di lembah sungai Nil, yang secara efektif menandai berakhirnya perkembangan peradaban merdeka Mesir.
Peradaban Mesir Kuno didasari atas pengendalian keseimbangan yang baik antara sumber daya alam dan manusia, ditandai terutama oleh:
  • irigasi teratur terhadap Lembah Nil;
  • pendayagunaan mineral dari lembah dan wilayah gurun di sekitarnya;
  • perkembangan sistem tulisan dan sastra;
  • organisasi proyek kolektif;
  • perdagangan dengan wilayah Afrika Timur dan Tengah serta Mediterania Timur; serta
  • kegiatan militer yang menunjukkan kekuasaan terhadap kebudayaan negara/suku bangsa tetangga pada beberapa periode berbeda.
Pengelolaan kegiatan-kegiatan tersebut dilakukan oleh penguasa sosial, politik, dan ekonomi, yang berada di bawah pengawasan sosok Firaun.[3][4]
Pencapaian-pencapaian peradaban Mesir Kuno antara lain: teknik pembangunan monumen seperti piramida, kuil, dan obelisk; pengetahuan matematika; teknik pengobatan; sistem irigasi dan agrikultur; kapal pertama yang pernah diketahui;[5] teknologi tembikar glasir bening dan kaca; seni dan arsitektur yang baru; sastra Mesir Kuno; dan traktat perdamaian pertama yang pernah diketahui.[6] Mesir telah meninggalkan warisan yang abadi. Seni dan arsitekturnya banyak ditiru, dan barang-barang antik buatan peradaban ini dibawa hingga ke ujung dunia. Reruntuhan-reruntuhan monumentalnya menjadi inspirasi bagi pengelana dan penulis selama berabad-abad.